Kamis, 27 Februari 2014

resensi novel



Ada Yang Abadi

Resensi
Resensi ini Diselesaikan untuk Memenuhi Nilai
Praktik Pelajaran Bahasa Indonesia
Semester Genap
Nyvia Andhen Sury
NISN. 0002103163
Kelas. IX.I
SMP Negeri 2 Mandau
TP. 2013/2014






MENCARI JATI DIRI
Judul buku            :  Ada Yang Abadi
Penulis                   : Eidelweis Almira
Penerbit                 : Zettu
Tahun terbit/editor : 2013
Jumlah halaman       : 220 hal
Harga                   : Rp36.000
Cetakan ke-           : 1 (pertama)
Kota terbit           : Cipayung-Jakarta Timur
Penyadur/editor   : Abdul Latif
Judul asli               :Ada Yang Abadi
Kategori                : fiksi
   Buku kumpulan kisah nyata ini adalah sebuah karya dari seorang penulis yang bernama Eidelweis Almira. Tulisannya berupa kumpulan kisah nyata yang dirangkum menjadi sebuah novel yang dapat memberikan motivasi hidup bagi pembacanya.
   Tujuan penulisan novel ini adalah untuk mengingatkan semua orang bahwa saudara itu “sesejuk embun pagi, sehangat mentari itulah kasih persaudaraan”. Saudara kita adalah belahan jiwa sesungguhnya, cinta kasih saudara tumbuh semata karena sayang, dan saling mengasihi, membantu, dan melindungi adalah bentuk cinta murni karena adanya saudara di hati.
   Saya akan  memberikan sinopsis singkat pada novel ini. Novel ini menceritakan tentang cinta kasih persaudaraan yang dapat dijadikan inspirasi hidup semua orang. Sebagai contoh dari kisah nyata novel ini, saya akan sinopsiskan salah satu ceritanya yang berjudul “ini sisa roti untuk adik saya”.
   Kisah ini bermula saat seorang siswi di sebuah sekolah puteri di Palestina. Hari itu dewan sekolah berkumpul seperti biasanya. Di antara keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkan dewan dalam pertemuan ini adalah pemeriksaan mendadak bagi siswi di dalam aula. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk menagnkap para siswa yang melanggar peraturan sekolah tersebut seperti membawa handphone dan barang-barang tertentu lainnya.
   Benar saja, banyak para siswa yang membawa barang-barang yang dilarang tersebut. Para guru yang melakukan pemeriksaan tersebut, memeriksa satu persatu isi tas semua siswi dalam aula. Tugas pemeriksa menjalankan tugas mereka dengan baik yaitu keuar masuk ruangan-ruangan yang ada di aula tersebut. Semua berjalan stabil dan tenang, para siswi menerima perintah dengan senang hati tanpa menolak. Semua tas yang ada di aula tersebut telah diperiksa, kecuali milik seorang siswi yang duduk di sudut ruangan. Ia memandang tim pemeriksa dengan mata yang nanar dan pandangan yang pecah, tangannya memeluk erat tasnya solah tak seorang pu boleh menyentuh terlebih membuka tasnya itu. Pandangannya semakin tajam setiap giliran pemeriksaan semakin dekay dengan dirinya.
   Beberapa saat kemudian tibalah pemeriksaan dengan gadis tersebut. Dia memegang erat tasnya seolah berkata demi allah tidak ada yang akan membuka tasnya tersebut. Seorang pemeriksa meminta dengan lembut agar gadis tersebut mau membuka tasnya. Tetapi siswi itu tidak membuka tasnya ia malah menatap petugas pemeriksa tersebut dalam0dalam dan hanya diam sambil mendekap tasnya. Petugas pemeriksa meminta hal yang yang kepada siswi tersebut untuk kedua kalinya. Tetapi untuk kedua kalinya juga siswi itu hanya membisu. Tiba-tiba siswi tersebut berteriak “tidak” dengan keras, sehingga petugas pemeriksa yang lainpun terpancing. Terjadi perdebatan sengit anatara siswi dan petugas pemeriksaan tersebut.
    Ruangan tiba-tiba menjadi senyap, akahirnya para petugas bermusywarah dan memutusakan untuk membawa siswi dan tasnya tersebut ke kantor, untuk melanjutkan pemeriksaan yang mungkin akan membutuhkan waktu yang lama. Siswi tersebut masuk ke kantor, sedangkan air mata bercucuran bagai hujan di siang bolong. Matanya memandang kearah semua yang hadir di ruangan itu dengan tatapan penuh kebencian dan amarah. Karena mereka akan membuka semua rahasianya di hadapan banyak orang.
   Ketua tim tersebut memerintahkannya duduk dan menenangkan situasi. Siswi itupun mulai beradaptasi dengan suasana ruang tersebut. Kepala sekolah bertanya kepada gadis tersebut, ia menanyakan apa yang siswi itu sembunyiakan dalam tasnya. Pada saat-saat yang sangat getir dan mendesak siswi tersebut, ia pun mulai membuka tasnya. Ya illahi, apakah  gerangan yang ada di dalamnya? Tidak, tidak, tidak ada satupun yang dilarang ada di dalam tasnya. Tidak ada benda-banda haram, handphone berkamera, gambar dan foto-foto ataupun surat cinta.tidak ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa makanan(roti). Ya, itulah yang ada di dalam tasnya.
   Setelah di tanyai tentang makanan sisa tersebut, iapun menjawab dengan tarikan napas yang panjang dan melelahkan. Ia menjawab” ini adalah sisa-sisa roti makan pagi para siswi, yang masih tersisa separuh atau seperempatnya di dalam bungkusnya. Kemudian  saya kumpulkan dan saya makan sebagiannya. Sisanya saya bawa pulang untuk keluarga saya dirumah.......ya, untuk ibu, adik-adik saya dirumah. Agar mereka memiliki sesuatu yang bisa disantap untuk makan siang dan makan malam. Kami adalah keluarga miskin, tidak memiliki siapa-siapa. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang bertanya tentang kami. Alasan saya untuk tidak membuka tas, agar saya tidak malu di hadapan teman-teman tadi”.
   Tiba-tiba meledaklah tangis semua orang yang ada didalam ruangan tersebut. Mata semua yang memandang meleleh bermandikan air mata. Mata yang sangat jelas menampakkan penyesalan karena perlakuan tidak baik kepada siswi itu.
   Kisah ini hanya satu dari sekian banyaknya peristiwa kemanusiaan yang memilukan di palestina. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi dalam kehidupan kita juga. Kita tidak tahu, karena kita hidup dengan mata tertutup. Seolah-olah tidak tahu dan tidak mau tahu, tentang keberadaan mereka.
   Ini sedikit kata dari peresensitidak perduli suka atau tidak suka orang di sekitar, yang penting saudara adalah belahan jiwa. Tidak ada saat yang bahagia selain bersama saudara. Bagaimana dengan yang hidup sebagai anak tunggal? Lalu mulailah hidup dengan peduli sesama, anggap salah satu dari mereka adalah dirimu baik itu tersirat maupun tersurat”
     Masih ada banyak kisah yang lebih dari kisah di atas, diantaranya adalah “piala untuk adik” dan yang lainnya. Banyak persamaan cerita dalam buku ini kare buku ini merupakan kumpulan cerita tentang kuatnya rasa persaudaraan. Ceritanya tentang kembalinya saudara kembar setelah berpisah puluhan tahun dan lain sebagainya, namun, dari keseluruhan ceritanya kebanyakan hanya mengisahkan anak kembar yang berpisah, kakak beradik yang sama-sama menjadi bintang. Cerita yang di tampilkan kebanyakan hanya mempunyai tema yang sama, hanya tokohnya saja yang berbeda. Membuat kebanyakan orang yang membacanya menjadi merasa membaca bacaan yang sama, hanya tokoh yang berbeda.
   Tapi, dari semua ceritanya sangat menginspirasi dan memotivasi semua orang yang membaca, sampul yang digunakan cukup menarik karena menggunakan ilistrasi bulan dan matahari yang menyimbolkan saling melengakapi dan setianya saudara tersebut. Akan selalu bersama hingga dunia tiada lagi. Buku ini juga mempunyai kata-kata pemotivasi di setiap akhir salah satu cerita yang ada di novel ini.
    Kesimpulannya, buku ini sangat memotivasi, menarik untuk di baca dan penyajiannya cuckup bagus dengan menyajikan kata pemotivasi, gambar yang tidak terlalu banyak di novel ini tidak menjadikan novel ini membosankan, jistru membuat pembaca menjadi terinspirasi dan menumbuhakan rasa yang kuat kepada pembaca untuk mengatakan mereka sangat menyayangi saudara mereka. Karena saya, sebagai peresensi merasakan hal tersebut dan telah melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar