Rabu, 19 Februari 2014

dramaku


Lemparan padi di musim panen
   Di suatu desa yang disebut desa “mahameru”, hiduplah sekelompok warga. Dide sa itu kehidupan warganya sangatlah tidak makmur.Dari tahun ke tahun musim panen di desa itu selalu gagal.Dikarenakan musim kemarau yang selalu berkepanjangan yang membuat tanaman-tanaman tersebut kekurangan air dan mati. Warga di desa itu mulai gelisah dan mencari jalan keluar dari masalah kekeringan tersebut dengan cara meminta seorang saudagar kaya di desa itu untuk bersedia mengairi sawah-sawah mereka dengan air yang ada di bendungan sungai saudagar tesebut.
   Pada suatu sore di depan sawah yang indah. nggelis si gadis cantik anak seorang saudagar kaya yang baik hati dan patuh kepada orang tua tersebut menghabiskan waktunya untuk menuggu matahari tenggelam. Tiba-tiba ia di kejutkan oleh seorang gadis desa yang bernama ayu. Ia adalah musuh nggelis yang mempunyai watak kebalikan dari nggelis. Ia beranggapan bahwa nggelis adalah anak saudagar gendit yang pelit dan selalu membagakan semua yang ia punya terutama dengan warga desa “mahameru” yang hidupnya tak sebanding dengan nya. Dwi, gadis di desa tersebut ingin menyadarkan saudagar tersebut bahwa berbagi itu indah dan sangat menyenangkan terutama mendatangkan manfaat bagi warga desa itu. Dengan cara mengairi sawah yang kering dengan air yang ada di bendungan sungai milik saudagar tersebut.
Nggelis        :”kayak mana ya ini simbok, kok ya gak mau ngasih air buat warga” (sambil menggaruk-garuk kepalanya)
Ayu             :”woy, ngapain kamu di sini? Kurang kerjaan aja anak orang kaya ini,” (mendorong nggelis hingga hampir terjatuh)
Nggelis        :”hm, bisa biasa aja gak ayu?”(mengibaskan roknya yang agak kotor)
Ayu             :”gak! Aku gak bisa biasa aja sama kamu!”(bersikap songong)
Nggelis        :”udah sore ni yu, aku mau pulang dulu juga udah males berdebat sama kamu”(beralu tanpa menatap ayu)
Ayu             :”sok kali ya kamu tu!”(pergi menuju rumahnya yang berlawanan arah dengan rumah nggelis)
Di jalan menuju rumah nggelis, ia bertemu dengan  dwi yang sedang asyik membenahi jilbab hitmnya itu, yang katanya bikin dwi tambah cantik aja.
Dwi             :(cengengesan sendiri di pinggir jalan, sambil membenahi jilbabnya)
Nggelis        :”eheheh, dwi-dwi ya kamu tu gak usah kecentilan aja napa?kamu tu ya udah cantik kok!”(menyapa dwi)
Dwi             :”eh nggelis cantik, ya ora opo-opo to! Ya kan aku mau cantik juga kayak anak pak RT iku, ya kayak nggelis juga.”
Nggelis        :”yo karep mu lah dwi, seng penting hepi wae!”(melihat ke arah dwi)
Dwi             :”iyo-iyo nggelis, yaudalah! Pulang lah yok.”(menggandeng tangan nggelis)
Esok paginya, ayu bertemu dengan mbok gendit di dekat sawah. Mbok gendit yang sedang melihat-lihat sawahnya itu di kejutkan oleh ayu yang datang tiba- tiba dari belakangnya.
Gendit         :(tersenyum melihat sawahnya yang telah panen)
Ayu             :”ehem, ngopo to mbok kok ya senyum-senyun sendiri?”(bersikap jutek dan melihat mbok dengan sinis)
Gendit         :”eh, kamu iku yo ayu, ngagetke aku wae! Arep opo kue neng kene?”(berlagak kesal)
Ayu             :”o wala mbok’e-mbok’e, opo yo ora kasian ndelok sawah warga lain iku yo kering kemelingking ngono!”(agak nyolot)
Gendit         :”yo opo urusan mu hah? Jangan mentang-mentang anak pak RT, kamu jadi sok ngono!”(melipat kedua tangannya)
Ayu             :”yo ojo nyolot ngopo mbok’e, aku kan Cuma naya wae, lagipun aku ngerti kok kalau mbok’e memang ora peduli sam warga neng kampung iki”(agak menyindir)
Gendit         :(menjewer telinga ayu, yang telah menyindirnya pedas)”ngomong iku yo hati-hati kue yo ayu,!”
Ayu             :”aduh mbok’e, lepas mbok’e wes sakit iki!”(memegangi telinganya yang memerah)
Gendit         :(melepaskan telinga ayu dar jewerannya)”awas yo kamu kalau koyok ngono meneh! Ora sopan kue yo?”
Ayu             :”aduh, mbok’e iki! Memang mbok’e pelit kok”(sambil berlari kerumahnya)
Gendit         :(mengomel di dalam hatinya)
Siang itu, matahari cukup bersahabat dan tidak teralalu panas. Dari jalan desa tersebut, terlihat seorang pemuda berpeawakan  tidak terlalu kekar berjalan membawa ransel yang berisi barang bawaannya. Tiba-tiba dwi melihat pria tersebut dari kejauhan dan langsung mengahampirinya, menyapa dengan sangat ramah dan kecentilan.
Dwi             :”ehem, kok siang2 ngene yo eneng cowok ganteng kayak kamu jalan sendirian, arep di tunjukin jalan atau arep aku temani duduk2 wae?”(memberhentikan pria tersebut hingga berdiri di depannya)
Ardi            :”eh, iya mbak! Saya mau numpang nanya, rumah pak RT mana ya mbak?”(tersenyum kepada dwi)
Dwi             :”oooohhhh, pak RT? Iyo, aku ngerti! Mau aku anterin gak?”(kembali tersenyum centil)
Ardi            :”hm, iya boleh! Makasih ya mbak?”(mengikuti jalan dwi)
Dwi             :”kamu mahasiswa ya? Dari mana? Mau ada apa ke desa ku ini?”(bertanya lebih dalam tentang ardi)
Ardi            :”saya mahasiswa IPB mbak, dari Bogor! Kesini mau berpartisipasi dalam penaggulangan irigasi sawah di desa ini.”(tersenyum)
Dwi             :”ooohh, gitu ya? Eh, kita udah sampai ni! Kamu panggil aja pak Rtnya ya? Aku mau pulang dulu, kamu bisa temanan sama aku kalau mau.”(pergi berlalu)
Ardi            :”eh, iya nama kamu siapa? Makasih ya?”(kebingungan)
Dwi             :”nama aku dwi! Iya sama2”(melambaikan tangannya)
Ardi mengetuk pintu rumah pak RT, tiba-tiba ayu muncul untuk membukakan pintu rumahnya.
Ardi            :”assalamu’alaikum?”(mengetuk pintu)
Ayu             :”wa’alaikumsalam, eh kamu siapa?”(keheranan)
Ardi            :”hm, saya mahasiswa IPB mbak dari Bogor”(tersenyum)
Ayu             :”oh, jadi kamu yang mau berpartisipasi menanggulangi masalah irigasi sawah di desa ini ya?”(bertanya)
Ardi            :”iya mbak, saya akan tinggal di sini untuk 2 minggu mbak, setelah selesai penyuluhan desa ini!”(menjelaskan)
Ayu             :”iya2 aku tahu! Yaudalah masuklah!”(berlalu dengan cuek)
Ardi            :(terheran-haran dengan sikap ayu)
Sore itu, ardi menjalankan tugasnya untuk melakaukan peyuluhan di desa tersebut, di sana ia bertemu dengan dwi, ayu, mbok gendit, dan nggelis. Ia sangat penasaran dengan nggelis, karena sifatnya yang dingin tetapi terlihat penurut kepada orang tua.
Dwi             :”oh. Jadi gitu ya, sawah kita bisa diari dengan air yang ada di bendungan mbok gendit ya?”(kecentilan melihat ardi)
Ardi            :”hmmm, iya begitulah! Tapi apakah mbok gendit akan setuju dengan gagasan irigasi air ini?”(melihat mbok gendit)
Gendit         :”gak bisa! Sawah saya saja kekurangan air, masa’ saya mau bagi-bagi! Saya tidak setuju.”(memalingkan pandangan dari ardi)
Nggelis        :”ya jangan seperti itu loh mbok, kita itu harus berbagi kepada sesama. Kapan mbok biasa melakukan kebaikan lagi? Kalau tidak sekarang mbok?”(berbicara sangat sopan kepada mboknya)
Ayu             :”udalah nggelis, gak uasah repot-repot sok ngerayu mbokmu. Ya pastinyalah mbokmu itu ora setuju, kan dia itu egois arep menang sendiri, pelit!”(bersikap acuh dan cuek)
Dwi             :”husss, ndak boleh seperti itu, orang tua ikuloh!”(memihak mbok gendit)
Ardi            :”udah-udah gak usah ribut, kalu begitu kita cari cara lainnya aja! Tapi saya butuh waktu untuk memikirkan cara yang lainnya.”(berpikir)
Nggelis        :”ya gimana? Kamu ya di sini Cuma 2 minggu loh, mikir cara lain itu gak mudah. Gini saja, biar aku sama dwi yang usahain buat ngerayu mbokku. Bagaimana?”(berbisik kepada ardi)
Ayu             :”nggelis2 yo ora mungkainlah wong pelit iku bebrbaik hati sama warga. Gak mungkin itu!”(menghardik nggelis)
Dwi             :”kan belum di coba ayu, kan berharap itu gak salah. Yang penting kita udah berusaha, sebenarnya membuat orang menjadi baik itu gak susah kok.”(menegahi masalah)
Ardi            :”iya, itu benar. Kalau begitu kita coba dengan sebai-baiknya dulu ya?”(tersenyum)
Gendit         :(tiba-tiba mengejutkan semuanya)”yo uweslah aku arep pulang, ora peduli aku sama warga sini!”
Keesokan harinya, nggelis dan ardi berjalan menysuri sawah si desa tersebut. Ardi menanyakan semua yang di butuhkannya untuk menjalankan tugasnya. Ia melihat keanehan dengan sikap ayu anak pak RT itu, ia sangat cuek tapi ardi juga curiga kalau-kalau yang memsukkan beberapa bungkus roti dan teh hangat ke tasnya itu adalah ayu.
Ardi            :”jadi, setiap tahunnya memang sawah di sini kekurangan air seperti ini ya nggelis?”(berjalan)
Nggelis        :”ya nggaklah, kan baru tahun ini saja. Karena kaemrau panjang di desa kami, aku udah merayu mbokku tapi dia tidak mau mendengarkanku”(menjelaskan)
Ardi            :”hm, memang masalahnya sekarang adalah mbokmu yang tidak mau mamabgikan air bendungannya itu.”(berhenti di depan sawah)
Nggelis        :”tapi, aku akan terus mencobanya ardi, aku juga tidak mau kamu kesini dengan hasil yang nihil dan tidak bermanfaat sama sekali”(mengikuti langkah ardi)
Gendit         :”nggelis-nggelis, kemari mbok mau bicara sama kamu!”(mencari nggelis)
Nggelis        :”iya mbok, nggelis di sini!”(memanggil mboknya)
Ardi            :”ada apa ya mbok kamu kemari?”(melihat nggelis)
Gendit         :”oh, kalian disini. Jadi, bagaimana nak ardi wes ketemu belum carane?”(agak centil)
Nggelis        :”eh, mbok’e jangan seperti itulah mbok’e aku jadi malu sama ardi”(memandang lembut mboknya)
Ardi            :”udah nggelis gak apa-apa. Jadi gini mbok, Saya belum menemukan jalan lainnya. Tapi saya akan berusaha dalam waktu yamg tinggal 1 minggu ini mbok”(berbicara sopan)
Gendit         :”yo uweslah, ngene loh nak ardi. Rencana ne aku arep membagikan air bendunganku untuk irigasi sawah, karena saya pikir-pikir ternyata air itu lebih dari cukup untuk sawah saya.”(tersenyum)
Nggelis        :”yang bener mbok’e? Makasih mbok’e.”(memeluk mboknya, sambil terus berpikir apa yang membuat mboknya ini berubah pikiran)
Ardi            :”wah, baguslah kalau begitu. Terimakasih ya mbok’e?”(menyalami mbok gendit)
Gendit         :”yo weslah, kalau kamu mau menjalankan tugas kamu. Cepat kerjakan , sebelum saya berubah pikiran lagi. Ayo nggelis kita pulang!”(menggandeng nggelis)
Nggelis        :”iyo mbok’e”(mengikuti mboknya)
Siang itu dwi dan ayu sibuk membicarakan rencana ardi tentang irigasi sawah tersebut. Ternyata dwilah yang menyadarkan mbok gendit, ia berkat denga sangat baik sekali hingga menyentuh hati mbok gendit yang membatu itu.
Ayu             :”ya jadi kapan kita kerjakan tugas ini? Waktu ardi tinggal seminggu, berarti sebentar lagi dia pulang ya?”(sedih)
Dwi             :”loh ayu, kok sedih? Biarin ajalah dia, kan dia kesini Cuma mau bantu desa kita aja, jadi kalau waktunya dia pulang ya kan gak apa-apa”(tersenyum)
Ayu             :”gak, ah aku biasa aja kok gak da yang sedih di sini ya!”(menghela napas)
Dwi             :”hm, iyalah ayu”
Detik bergulir, menit mengikuti rotasinya, jam juga mengikutinya. Tiba saatnya pesta panen. Sema bergembira, hingga ardi mengungkapkan perasaannya dengan orang yang ia sukai. Nggelis sangat berbahagia karena mboknya telah berbah karena dwi, ayu yang menyimpan rasa itu, tak ingin mengungkapkannya karena ia tahu ardi menyukai nggelis “mungkin” ayu memutusaka untuk ikut dengan ardi sekolah di IPB. Mbok gendit kini menjadi oramg kaya yang sangat di sukai warganya. Dwi tetap menjadi dwi yang centil dan riang.
Nggelis        :”akhirnya berakhir dengan pesata panen yang meriah tanpa kekesalan sediktpun terimakasih dwi, kamu memang teman baikku”(tersenyum)
Ardi            :”iya, kamu benar. Aku snagat senang karena hasil aku sekolah di IPB kini, membuahkan hasil yang sangat memuaskan”(balik tersenyum)
Dwi             :”iya2, dwi kan memang gadis pintar yang cantik. Eh, tapi kalian ada apa ni? Aku liat berdua terus, kalian ada rasa ya?”(menyenggol nggelis)
Nggelis        :”dwi, jangan seperti itu. Aku gak ada apa2 sama ardi, kita sama2 karena aku tahu sawah di desa kita.”(menjelaskan)
Ardi            :”iya dwi gak ada apa-apa. Lagi pula aku udah suka sama seseorang yang mungkin kalian gak nyangka itu siapa.”(membuat penasaran semuanya)
Ayu             :(tiba-tiba datang dengan wajah agak kesal)”pada ngumpul disini ya? Ikutan boleh, aku sendirian disana sama mbok gendit terus gak seru!”
Pesta panen pun dimulai...............,,,
Ardi            :”makasih ya ayu! Aku tahu kok selama ini kamu yang masukin roti sama teh hngat buat aku. Makasih kamu baik kali walaupun kamu tu jutek.”(disamping ayu)
Ayu             :”eh, iya maaf ya aku gak kasih tau. Aku Cuma mau minta maaf aja, karena pertama kita ketemu aku cuek kali. Maaf ya?
Ardi            :”iya, aku tahu kok gak apa! Kamu jadi, ikut aku ke IPB?”(bertanya)
Ayu             :”hm, iya jadi kok!”(tersenyum malu)
Ardi            :”baguslah kalau begitu, aku jadi punya temen buat ngobrol.”(bercanda)
Ayu             :”eh, iya”(balik tersenyum)
Akhirnnya, ardi mengungkapkan perasaannya kepada dwi.  Mereka bernyanyi bersama dalam pesta panen tersebut. Semua terkejut, terlebih lagi nggelis yang menyangka ardi menyukai ayu bukan dwi.
Keesokan harinya.........
Ardi            :”aku pulang dulu ya smua? Jangan luapain aku, aku bakal sering main kesini kok sma ayu!”(berpamitan)
Nggelis        :”eh, iya. Gak mungkinlah kami lupa sama kamu, kamu udah baik banget sama desa ini makasih ya?”(tersenyum)
Gendit         :”hm, makasih ya nak ardi. Saya tidak akan melupakan jasa kamu, kamu baik2 di sana ya? Jaga ayu, dia anak pak RT loh itu.”(menggoda)
Ayu             :”mbok’e, jangan seperti itulah ardi uadah sama dwi mbok”(menatap dwi)
Dwi             :”eh, iya aku bakal nunggua kamu ardi disini. Jangan lupain aku ya? Aku sayang sama kamu.”(hampir menangis)
Ardi            :”iya”
Akhirnya semua berjalan dengan baik, tidak ada lagi saudagar pelit. Yang ada hanya kebahagiaan pesta panen yang selalu ada tiap tahun. Dwi yang menunggu ardi dan ayu ya g menyelesaikann study nya. Nggelis yang tetap menjadi anak yang penurut kepda orang tua. Semua berakhir SEMPURNA.





  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar